Laskar Pelangi (2008)

Ryandira Bagus Rahardjo
4 min readDec 27, 2020

FILM REVIEW

Ditulis oleh Ryandira Bagus Rahardjo

Film : Laskar Pelangi

Sutradara : Riri Riza

Durasi : 2 Jam 5 Menit (125 menit)

Cerita oleh : Andrea Hirata

Laskar Pelangi adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar Pelangi merupakan karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata lalu diadaptasi menjadi film oleh Salman Aristo, Riri Riza, serta Mira Lesmana. Bercerita mengenai kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan juga SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan, serta mengikuti cerita-cerita menarik dari berbagai macam tokoh yang ada, mulai dari kisah pertemanan, “cinta monyet” anak kecil, dan masih banyak hal lainnya. Berawal pada novel yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005 yang juga merupakan buku pertama dari karya karyanya tersebut yang lalu disusul oleh Sang pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Ceritanya sendiri mengambil tempat di desa Gantung, Belitung Timur. Tahun 1970, di desa tersebut terdapat sebuah gedung sekolah SD dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. SD ini juga terancam ditutup karena kekurangan murid. Pemerintah mensyaratkan minimal ada 10 siswa yang bersekolah namun hanya ada 9 murid. Bu Muslimah (yang diperankan oleh Cut Mini) tetap percaya akan ada satu lagi siswa yang mendaftar. Nasib sekolah diselamatkan oleh hadirnya Harun (Jeffry Yanuar), siswa keterbelakangan mental dan Lintang (Ferdian), siswa miskin tapi pintar. Kita melanjutkan cerita dengan mengikuti perjalann mereka mengikuti kegiatan cerdas cermat, sampai ke sebuah tragedi dimana ayah Lintang meninggal dan dia harus bekerja demi menghidupi keluarga dan adik adiknya.

Musik yang indah menjadi salah satu aspek mengapa film ini layak ditonton, penuh dengan lagu-lagu yang membuat terngiang dikepala serta komposisi musik yang dialunkan oleh Sri Aksan Sjuman kawan baik dari Produser dan Sutradara, Mira Lesmana dan Riri Riza dan sempat berkolaborasi pula di film Kuldesak. Kalau ditanya mengenai film tersebut apakah film ini layak ditonton? Sudah pasti jawabannya iya, terutama bersama keluarga. Film ini menjadi film yang di nikmati oleh saya dan keluarga saya sampai detik ini dikarenakan alunan cerita yang tidak pernah membosankan dan gambar yang memanjakan mata selalu terpancarkan disaat kita menonton film tersebut tentunya keindahan tersebut tidak lain tidak bukan di ciptakan oleh Yadi Sugandi yang memang sudah menjadi ahlinya. Lokasi syuting dengan panorama pantai yang indah serta keunikan kultur budaya masyarakat membuat Belitung dikenal diseluruh nusantara di era jaman sekarang ini pula. Menurut saya titik unggul dari segi cerita yang diangkat adalah bagaimana cerita ini bukanlah cerita yang semena-mena menghampiri kepala namun benar-benar terjadi, sisi itulah yang membuat semua terasa lebih indah dan “authentic” tanpa rekayasa belaka. Dialog yang diucapkan juga terasa hidup layaknya pembicaraan tanpa skenario tentunya patut diapresiasi juga untuk para aktor/aktris yang ikut ambil serta dalam aspek tersebut.

Teater Laskar Pelangi

Saya ingat dimana saya menonton teater pertama kalinya di Taman Ismail Marzuki yaitu Teater Laskar Pelangi yang dilaksanakan pada 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011, penepatan tanggal dimana saya menghadiri teater tersebut pun tidak bisa saya ingat (mungkin karena saya terlalu kecil) tapi yang saya ingat adalah bagaimana sebuah teater tidak kalah saing dengan film tersebut, lagi-lagi composer yang mendampingi juga bukan sembarang orang melainkan Erwin Gutawa yang menjadi composer teater tersebut. Ya, Laskar pelangi selalu membawa keindahan dalam segi musik, siapa manusia di indonesia yang tidak tahu lagu Laskar pelangi yang dibawakan Nidji pada kala itu, sampai sekarang pun lagu tersebut masih menjadi lagu nostalgia bagi anak-anak muda jaman sekarang. Dari banyaknya musisi yang ambil alih mulai dari Sherina Munaf, Gugun Blues Shelter, bahkan Netral, menurut saya tidak ada yang bisa menandingi lagu “Sahabat Kecil” karya dari Ipang Lazuardi, komposisi yang simpel namun menggugah hati.

Ipang Lazuardi “Sahabat Kecil”

Dalam segi penilaian serta mengkritisi film tentu pastinya ada hal yang menjadi oposisi dari sekian banyak pujian yang terlontarkan, saya sendiri menyayangkan bahwa film ini menjadi berbagai macam sinetron yang bermunculan membuat sinematik film tersebut berkurang dan tidak menghadirkan esensi yang sama. Namun dari segi film Laskar Pelangi pun sendiri saya tidak bisa mengomentari hal-hal yang menurut saya kurang ataupun tidak layak ditayangkan karena menurut saya ini merupakan salah satu film Indonesia terbaik yang pernah saya saksikan dan tentunya secara pribadi saya memiliki momen nostalgia dan atmosfer yang bisa dikatakan “bias” jika menilai film ini. Tidak bisa dipungkiri Laskar Pelangi merupakan salah satu film terbaik di sejarah perfilman indonesia, dari segi artistik sampai ke segi komersial pun bisa dibilang sungguh menghuni dan kesuksesannya pun diakui di manca negara pula. Saya secara personal sangat merekomendasi film ini terutama di waktu liburan seperti ini tidak ada alasan untuk tidak bisa menonton film ini bersama keluarga dirumah masing-masing dikarenakan Laskar pelangi pun dapat disaksikan di platform macam Netflix

--

--